Kamis, 15 September 2011

Lihatlah ke Langit Biru

Oleh : Zeniez
 Mahasiswa baru. Itulah julukan untukku saat itu. Aku terkadang berpikir sudah pantaskah aku mendapat panggilan mahasiswa. Aku merasa saat itu aku masih belum siap dipanggil  “seorang mahasiswa”. Maha?..Wah..berat juga mendengar awal kata nya “Maha”. Tapi aku yakin , aku bisa menjalani hari-hariku di kampusku nanti.
Masa Orientasi saat itu terkenal dengan sebutan OSPEK.  Sudah aku niatkan dalam hati. Aku tidak ingin terlambat.  Perjalanan dari rumah ke kampusku sangat jauh.  Hari itu seisi rumah ikut sibuk mempersiapkan hari pertamaku. Aku ke kampus naik angkutan umum dengan segala perlengkapan yang harus kubawa.
Setibanya di kampus. Krisis  percaya diriku mulai muncul. Kucoba untuk melawan krisis itu, dan aku berhasil. Ku sapa seseorang yang sedang duduk-duduk di teras masjid. Dimulai dengan perkenalan nama sampai ke alamat rumah. Hmm..orangnya ramah dan cantik. Akhirnya aku semakin dekat dengannya.
Nama lengkapku Ade Yani Setiawati. Aku biasa dipanggil Ade. Temanku bernama Asih Ningtyas,panggilannya Asih.  Baru saja kami berkenalan, kami sudah seperti teman lama.
Kulihat jam ditanganku. “Wah,sudah waktunya kita berkumpul di lapangan,”ajakku pada Asih. Asih terlihat kaget seraya berkata,”Ayo, De, jangan sampai kita terlambat.” Lalu kita bergegas ke lapangan yang jaraknya tidak begitu jauh dari lapangan.
Ternyata sudah banyak mahasiswa baru berkumpul di sana. Kakak-kakak mahasiswanya pun sudah berkumpul di lapangan dengan berjaket almamater berwarna hijau. Hmm..mereka terlihat rapi dan ramah. Namun..saat itu kembali krisis percaya diriku kambuh..
Ya..begitulah dulu ketika  mahasiswa, aku memang termasuk gadis yang pendiam, tidak banyak bicara. Aku memang selalu berpikir dulu jika ingin bicara.Aku takut apa yang kuucapkan tidak berkenan di hati orang yang kuajak bicara. Masa OSPEK buatku sangat berkesan. Aku belajar bergaul dengan orang-orang yang baru kukenal. Banyak teman dan ilmu yang kudapat saat itu. Yang paling berkesan adalah pada saat perkenalan setiap UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa)
Hmm..Ceritanya aku mulai dari rasa tertarikku pada kegiatan Pramuka.
          Buatku Pramuka sudah tidak asing lagi.Karena aku sudah memahami bahwa di Pramuka aku akan belajar mandiri, disiplin waktu, bertanggungjawab dan banyak lagi. Akhirnya aku putuskan masuk Pramuka. Sebenarnya ada satu hal yang membuatku tertarik dengan Pramuka. Ya..kakak-kakak Pramuka itu terlihat ramah. Dimulai dari kulihat salah satu kakak Pramuka yang berpenampilan rapi. Namanya Kak Musa. Orangnya lucu, penuh kharisma,  dan sopan. Ya, sudahlah akhirnya waktu itu kuputuskan untuk  ikut Pramuka.
          Masa orientasi sudah selesai. Saat itu kumulai masuk ke kelas baru dan kampus baru. Jadi waktu masa orientasi memang di kampus cabangnya..Sementara aku kuliah di kampus pusat, karena kebetulan jurusan yang kuambil yaitu jurnalistik ada di kampus pusat. Dan ternyata jaraknya lebih jauh dari kampus cabang.
          Selama sepekan aku ke kampus diantar oleh ibuku. Asih temanku seringkali mengatakan,”Ade, daripada diantar ibumu terus lebih baik kost aja, malu lho, sama teman-teman masa kuliah diantar ibu, naik bus pula.” Kalimat Asih itu merupakan pelajaran buatku.Aku paham. Akhirnya Setelah sepekan aku putuskan untuk kost atas izin orang tuaku. Kuliah dengan kost jauh dari orang tua. Akhirnya bisa juga kujalani.
          Hmm…kalau tidak salah kelasku di lantai dua kedua dari ujung.Temanku sudah semakin banyak. Sahabatku pun bertambah tidak hanya Asih, tapi juga ada Meli,Nuri, dan Tia. Teman-teman sekelasku orangnya asyik-asyik. Kami sering bercanda, walau aku hanya kebagian senyum saja..Maklum aku orangnya agak pemalu.
          Jika saatnya dosen menjelaskan materi. Kami semua serius memperhatikan.Tapi..hmmm..sebetulnya ada satu hal yang kusembunyikan saat itu. Sudah beberapa hari ini aku sering melihat kakak tingkatku mondar-mandir di depan muka kelasku. Entah siapa yang dia cari. Hal itu sering terulang, hampir setiap hari.
          Hmm..aku merasa, kakak itu memperhatikanku..karena selintas pernah aku lihat dia. Aku jadi teringat kembali saat itu mengikuti Pramuka dan kemping. Sepertinya saat kemping pun merasa ada yang memperhatikanku. Hmm..kayaknya..kali ini dugaanku tepat. Sebenarnya juga aku suka dengan gayanya yang apa adanya, lucu.
          Ternyata sahabat terdekatku mulai bergerak. Meli mengatakan bahwa kakak itu sepertinya ada “sesuatu padaku”. Aku cuma tersenyum.. Sebetulnya aku tahu, bahwa kakak itu adalah Kak Musa,tapi aku pendam semua itu . Apalagi setelah ku perhatikan kakak itu sudah punya teman dekat namanya Kak Bunga.
          Ada satu cerita yang pernah kualami dengan Kak Musa. Tempat kostku dan Kak Musa berdekatan.Jadi suatu hari pernah Kak Musa memberikan memo kepadaku yang isinya “Saya tunggu di halte”. Karena senangnya, sampai tak terpikir olehku bahwa halte di sekitar kampus itu banyak. Aku datang ke halte tapi Kak Musa tidak ada di halte itu Aku bingung, sampai tidak terpikir halte mana lagi yang akan ku datangi. Akhirnya aku kembali ke kost dengan kecewa. Keesokannya Kak Musa dan aku baru menyadari bahwa kesalahan ada di memo. Kak Musa kurang jelas menuliskan haltenya, halte mana?..Hmm..tapi mungkin Allah belum menghendaki pertemuan kami saat itu.Tapi sampai saat ini, aku tidak tahu apa maksud Kak Musa mengajakku bertemu di halte. Aku pun tidak berani menanyakannya.
Hmm..lucu juga kalau teringat masa itu…15 tahun yang lalu…
          Sekarang aku sudah bekerja di salah satu stasiun TV di Jakarta. Sesuai dengan jurusanku saat kuliah yaitu jurnalistik. Kini ku bergelut di dunia pertelevisian. Wah, sudah waktunya aku harus bekerja, aku harus menemui salah satu nara sumber yang akan aku wawancarai hari ini..tapi aku belum tahu nama dan alamatnya. Aku lupa menanyakan pada Bosku. Menurut bosku, orang yang akan kuwawancarai ini seorang pemimpin sebuah yayasan pendidikan di Jakarta.
          Ini hari Jumat. Setelah sholat Jumat aku harus menemui beliau. Sementara aku rapikan dulu perlengkapanku..untung baterai laptopku penuh. Sepertinya aku sudah siap..Tiba-tiba…”Mbak Ade, ada tamu?”teriak temanku Lena yang muncul dari pintu ruanganku. “Siapa?”aku balik tanya. Lena hanya mengernyitkan dahinya. Serentak aku keluar dari ruanganku.”Haah”. Aku terkejut. Kulihat seseorang yang pernah kukenal 15 tahun yang lalu ada didepanku. Kak Musa. Aku terdiam. Mukaku panas..Sepertinya memerah.
          “Hmm..hmm…kaget,ya?”katanya. “Aduh kenapa kata-kata itu saja yang keluar dari mulutnya. “Apa kabar,Ade?”, Kak Musa mulai menyapaku. “Baik,Kak.” Maaf, kok kakak bisa tahu Ade ada di sini?”tanyaku penasaran.”Hmm..Siapa dulu dong, Musa?”katanya sambil tersenyum lebar.
“Tapi maaf ,Kak, aku sedang buru-buru. Aku ada janji dengan nara sumberku. Aku mau menemui Bos ku dulu untuk menanyakan nama dan alamatnya.” kataku dengan penuh rasa khawatir. Khawatir Kak Musa tersinggung dengan ucapanku. Tiba-tiba Bos ku datang menghampiriku. “Ade, jam berapa mulai wawancaranya? 30 menit lagi acara sudah on air,”kata Bos ku. “Aduh, maaf, Pak, bagaimana kalau Ade minta waktu, karena Ade belum ketemu nara sumbernya,” jawabku agak takut. Maklum Bos ku itu orangnya disiplin. “Lho,ini nara sumbernya sudah ada di depanmu, Bapak Musa ini sudah 1 jam menunggu di front office, harusnya kamu berterima kasih sudah dipermudah untuk bertemu dengan nara sumbernya,”kata Bos ku. Kak Musa hanya tersenyum. “Ayo,siapkan, De!” perintah Bos ku sambil pergi meninggalkan aku dan Kak Musa yang ternyata dialah narasumberku
          Saat itu aku tak bisa berkata apa-apa. Kak Musa mengajak bersalaman dan tanpa menyentuhku..Hmm itu yang ku suka darinya. Dia sangat menghormati wanita. “Hmm..Ayo, De! Saya sudah siap diwawancara.” Katanya sambil tersenyum.
          Kemudian aku bergegas menuju ruang on air bersama Kak Musa. Aku benar-benar tak menyangka ternyata pemimpin yayasan yang bergerak di bidang pendidikan dan sukses itu adalah Kak Musa. Mulailah aku wawancara sesuai dengan pekerjaanku. Syukurlah aku bisa menutupi debaran jantungku di layar kaca. Wawancara sudah selesai. Aku mengucapkan rasa terima kasihku pada Kak Musa, yang sudah datang lebih awal.
          Tapi aku masih penasaran. Ku beranikan diri bertanya pada Kak Musa. “Kak, kenapa kakak langsung ke ruangan saya?” Kak Musa menjawab”Karena sejak lama kakak cari informasi tentang Ade.Akhirnya kakak tahu bahwa Ade kerja di salah satu stasiun TV. Hanya kakak tidak tahu nama stasiunnya. Suatu hari kakak dapat surat dari Stasiun TV ini bahwa kakak dimohon untuk menjadi narasumber dengan pewawancaranya bernama Ade  Yani Setiawati.  Kakak pun kaget mendengar nama itu. Tapi kakak yakin ini adalah Ade yang kakak cari selama 15 tahun lamanya..Hmmm..sayangnya kita bertemu dalam kondisi yang lain. Hmmm..kakak sekarang sudah berkeluarga dan punya anak,”cerita Kak Musa kepadaku. Aku tak bisa berkata apa-apa aku hanya terdiam. Hati bergetar. “Hmm..kenapa harus sekarang?”pikirku dalam hati.
          “Ade, kakak sangat bersyukur masih diberi kesempatan untuk bertemu dengan Ade. Kakak senang bisa bertemu. Biarlah waktu yang berbicara, dan biarlah hati  kita masing-masing yang berbicara.Baiklah ,De, kakak  pamit. Sampai jumpa. Lain waktu kakak siap di wawancara lagi tapi..yang Ade yang mewawancarainya,hmm.. hmm..hmm,” ujarnya becanda.
Aku hanya mengucapkan terima kasih atas pertemuan yang tidak sengaja ini dan atas kerja samanya sehingga acara ku berjalan lancar. Rasa terima kasih itu aku ucapkan pada Kak Musa..Ya Kak Musa dengan ciri khasnya Hmm..Hmm..ya kata seruan itulah yang selalu dia ucapkan..Hmm.Hmmm. Kak Elang sudah pergi. Aku kembali ke ruang kerjaku.  Aku duduk di kursiku..dan kulihat di mejaku ada secarik kertas  putih berlipat. Aku ambil kertas itu dan kubuka. Di kertas itu tertulis “Ade jika ade ingin bertemu kakak lagi.. keluarlah dan lihatlah ke langit biru..ada Musa di sana..Hmm..Hmm..”
Setelah kubaca tulisan yang ada dalam kertas itu, tak terasa air mataku menetes ke atas kerta s itu.

Minggu, 11 September 2011

Bila Nanti Kau Beri Aku Kesempatan

oleh Seli Weliani pada 29 Maret 2010 jam 15:46

Bila nanti, Kau beri aku kesempatan...
Ku ingin merenungi segala apa yg tlah terjadi sepanjang hidupku

Bila nanti, Kau beri aku kesempatan...
Ku ingin merenungi apa yg tlah kulakukan selama ini..

Bila nanti, Kau beri aku kesempatan ...
Ku ingin dipertemukan dengan mereka yg pernah tertusuk duriku

Bila nanti,Kau beri aku kesempatan..
Ku ingin menghaturkan maaf dan rasa terima kasihku pada mereka

Bila nanti,Kau beri aku kesempatan
Ku ingin hatiku tenang menyebut AsmaMU..
Laillahaillalloh...

Aku Lelah...

oleh Seli Weliani pada 31 Maret 2010 jam 23:08
Ya Alloh,aku lelah
Lelah menelan semuanya
Lelah mendengar gemuruhnya
Haruskah aku...
Ya Alloh,dengarlah..

Aku lelah

Ketika Ku Harus Memilih

oleh Seli Weliani pada 08 Mei 2010 jam 18:41
Saat ku masih duduk di taman kanak-kanak....ku tak mengerti apa yang harus ku pilih.karena semua sudah terpilihkan..saat ku masuk ke tingkat SD pun ku sulit untuk memilih karena ku terbiasa dengan sesuatu yang sudah terpilihkan...

Kemudian saat ku masuk tingkat SMP hal yang kembali terulang..tapi setidaknya kudiberi kesempatan untuk memilih..tp pada akhirnya tetap sesuatu yang sudah terpilihkan...bahkan untuk menentukan apa yang akan kuterima pun ku hanya menerima sisa pilihan..

Saatnya masuk ke tingkat SMA..ku mendapat pilihan yang terbaik untukku menurutku..tapi tidak untuk mereka..yang pada akhirnya aku mengalah untuk kesenangan mereka...aku masuk ke pilihan yang sebenarnya diawali dengan rasa berat..ku hanya menikmati dengan ,mencoba untuk ikhlas...

Saat ku berstatus mahasiswa keikhlasan pun terbayarkan dengan segala kenikmatan duniawi...namun itulah nikmat dunia yang hanya sementara..kala itu ku harus hancur dengan pilihanku..tak ada perasaan bersalah pada diri mereka yang telah membuat ku jatuh hancur terpuruk...saat itu apa yang kupilih?aku memilih apa yang memang dapat membantuku kala itu..aku berpikir apa dan siapa lagi yang harus kupilih jika semua tak memberikan pilihan lagi untukku...Kembali ku mengalah dan mencoba untuk ikhlas dan menikmatinya

Saat ini orang mengatakan aku telah dewasa?salahkah aku memilih semua yang kupilih?...Ya, kini kuharus jalani hidup dengan kembali menikmati pilihan yang ku sendiri tak mengerti..dengan sejuta permainan dan sandiwara duniawi yang kuperankan selama ini...apa yang kudapat?kekecewaankah?keadilankah atau mungkin kebahagiaankah??entah peran apa sekarang yang sedang ku mainkan?seandainya aku boleh memilih..nanti saat aku diberi kesempatan memilih....aku harus yakin dengan segala pilihanku...memilih peranku, memilih jawabanku, memilih keinginanku,..memilih hidupku...sungguh hanya Allah SWT yang benar-benar layak untuk memilihkan apa yang tepat untukku...Ku menanti jawabMu..ku menanti pilihanMu untukku..karena ku tahu Kau Yang Maha Tahu dan Berkendak..

Kemarin dan Hari Ini..

oleh Seli Weliani pada 23 Februari 2011 jam 16:08
Aku tidak ingin membedakan antara kemarin dan hari ini..Bagiku kedua waktu itu sangat berarti dalam hidupku..Karena aku yakin tak akan ada hari ini jika tak ada kemarin...Jadi kemarin akan selalu ku jadikan suatu ilmu dalam kehidupanku. Karena kemarin adalah bagian dari hidupku yang indah, sedih,kecewa, dan bahagia. Aku mungkin termasuk orang yang selalu melihat hari kemarin...bagiku kemarin akan menjadi guru buatku..

Untuk itu hari ini..aku mulai belajar dari pengalamanku  kemarin..agar kesalahan yang pernah kulakukan kemarin tak terulang, agar kesedihan yang kemarin tak  kutangisi lagi, agar kekecewaan yang kurasakan kemarin tak kurasakan lagi, dan agar kebahagiaan yang kurasakan tak lagi semu...

Oleh karena itu aku nikmati hidupku hari ini...karena kuyakin semua adalah kehendakNya.. Hari ini aku hanya terus berusaha untuk memaknai hidupku... Hidup yang penuh liku namun begitu indah jika aku mampu memaknainya..

Ya Allah bimbinglah aku agar dapat memaknai hidupku ...
Ya Allah..hanya Kau yang tahu apa asaku dalam hidupku..untuk kemarin dan hari ini..
Ya Allah ..sayangilah orang-orang yang menyayangiku..dan sayangilah orang-orang yang kusayang selama hidupku..

Puisi Hasil Karya Mereka


AKU DALAM WAKTU
By : Moenthe Carlo
Sementara waktu memacu laju hari lelah kini terasa di penghujung gundah
Aku masih terdiam…
Jika pun esok masih melaju mengiring waktu
Percuma akan menangis dalam penghujung kisahku
Telah kutabur benih dan telah ku menunggu
Takutku terus melingkar dalam waktu
Kutunggu segala …
Kutunggu …hingga aku berlalu…